Monday, January 11, 2016

OPEN SKY (or skyfall?)

"Jika anda tahu mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka anda harus tahu mengenai ASEAN OPEN SKY"

Akhir tahun 2015, masyarakat Indonesia ditantang dengan adanya pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Secara singkat MEA membuka batasan-batasan perdagangan barang, jasa, bahkan tenaga kerja (khususnya tenaga professional) di kalangan anggota ASEAN. Hal ini membuat perubahan yang besar dalam persaingan bursa tenaga kerja pada tahun-tahun mendatang,

"jadi jangan heran jika dalam waktu dekat kita kedatangan akuntan dari Vietnam, dokter dari Malaysia, bahkan pengacara dari Singapore di Indonesia." 

(mengenai MEA selengkapnya)



namun tahukah anda, pada awal 2016 ASEAN Open Sky Policy diberlakukan?

jika anda ditanya, "Maukah anda terbang dari Surabaya menuju Jakarta menggunakan Malaysia Airlines dengan tiket yang sama harga dengan Garuda Airlines?" apa jawab anda?
ASEAN Open Sky Policy merupakan kebijakan untuk membuka wilayah udara antar sesama anggota negara ASEAN. Itu berarti tidak lain merupakan bentuk liberalisasi aturan dan pengaturan dalam industri penerbangan sipil internasional, khususnya pada penerbangan komersial dengan meminimalkan intervensi pemerintah dalam aktivitasnya sehingga terbukanya pasar bebas industri.
(based on Bali Concord II yang dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tahun 2003.)



lalu apa efeknya?
akibatnya, untuk bertahan dalam arus Open Sky, persaingan menjadi semakin ketat, dan perusahaan tidak cukup hanya fokus untuk memenangkan kompetisi dengan mengalahkan Kompetitor, namun juga harus melakukan analisa perubahan lingkungan bisnis mereka untuk menghasilkan suatu inovasi yang kreatif, sehingga suatu maskapai dapat dikatakan berbeda dari perusahaan Negara lain.

APAKAH INDONESIA SIAP MENGHADAPI OPEN SKY POLICY?

Tujuan artikel ini adalah menyampaikan kondisi Kedirgantaraan yang ada di Indonesia saat ini, silahkan pembaca menyimpulkan sendiri :) dan data di bawah diambil dari pengamatan secara personal dan referensi-referensi yang dapat dipercaya

1. Indonesia Negara Kepulauan, PASAR YANG STRATEGIS / SASARAN EMPUK?

sebagai Negara kepulauan, transportasi melalui jalur udara adalah jawaban yang sangat baik untuk mengatasi masalah waktu dan biaya. Tingginya kebutuhan transportasi udara di Indonesia adalah lahan yang bagus untuk meningkatkan transportasi udara Indonesia, namun sekaligus menjadi pedang bermata dua dengan adanya persaingan bebas Open Sky ini. Pertanyaannya, dengan membuka wilayah udara Indonesia, apakah perkembangan maskapai Indonesia akan diterkam dengan serbuan maskapi luar yang melihat Indonesia sebagai sasaran empuk?

2. Kondisi kedirgantaraan Indonesia?


irosnisnya, di tengah melejitnya nama Garuda Airlines, serta di saat bisnis penerbangan di Indonesia mulai menggeliat, dan ketika era liberalisasi penerbangan sudah di depan mata, kita justru mengalami kendala dalam system pengendali  lalu lintas udara (Air Traffic Control), Seperti dikemukakan oleh Federal Aviation Administration Juni 2007, penerbangan Indonesia pada “kategori 2” atau tidak layak dan tidak aman. Hal ini berarti Indonesia belum memenuhi standar minimum keamanan terbang internasional seperti tercantum dalam peraturan International Civil Aviation Organization (ICAO). dalam hal ini, bagaimana sikap kita menghadapi Negara tetangga kita yang sudah lebih siap untuk menyambut Open Sky ini, Malaysia dan Singapura?

3. Kesiapan MASYARAKAT INDONESIA

Seperti pertanyaan yang saya ajukan di awal, kebanyakan masyarakat Indonesia masih memandang produk dalam negri sebelah mata, sama halnya dengan bisnis penerbangan ini. Bayangkan ketika penerbangan antar bandara internasional di Indonesia anda diperhadapkan dengan pilihan menggunakan maskapai lokal dengan maskapai asing dengan harga tiket yang sama (atau mungkin maskapai asing lebih murah!)
banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar akan potensi besar yang dimiliki bangsanya dalam berbagai bidang sehingga lebih bangga menggunakan produk asing (yang sebenarnya kebanyakan dibuat di Indonesia). Sejak saya menjadi mahasiswa, selalu ditekankan bagaimana kita sebagai ujung tombak bangsa dalam berbagai arus perekonomian dunia, khususnya dalam ASEAN Economy Community... namun apakah kita benar-benar siap berjuang demi Negara?

"atau mungkin kita lebih tertarik mengenakan pakaian produksi asing yang kualitasnya tidak jauh beda dengan pakaian lokal? lebih bangga mempunyai dokter berwarganegara asing yang kemampuannya sama dengan dokter-dokter Indonesia? Menggunakan maskapai luar hanya karena alasan prestis dan harga diri?"


ASEAN Open Sky = PELUANG/ANCAMAN?

Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia harus memanfaatkan peluang yang legit ini. Dengan pasar domestik yang luas dan sektor maskapai penerbangan lokal yang bertumbuh pesat serta sangat kompetitif, Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang besar dari kebijakan ASEAN Open Sky. Indonesia sebagai negara kepulauan dan berpenduduk terbesar di Asean memiliki potensi pasar angkutan udara yang sangat tinggi dibandingkan negara Asean lainnya.
bagi orang yang takut akan perubahan, Open Sky memang adalah momok yang MENGANCAM, namun bagi orang yang melihatnya sebagai PELUANG, merekalah yang bisa membawa perubahan
saya percaya Indonesia bisa jika kita semua berjuang bersama-sama. akhir kata, HIDUP DIRGANTARA INDONESIA!

"Open Sky will bring prosperity to national Airlines." - INACA Chairman Arief Wibowo



referensi : MarkPlusInstitute , Beritasatu

(11 Januari 2016, Indonesia Terbang!)

No comments:

Post a Comment